Berdiri, Lebih Baik

Pelajaran semester pertama telah usai, dan liburan di musim panas telah dimulai. Aku sebagai mahasiswa yang bekerja di lab tidak bisa menikmati liburan ini dengan sepenuhnya. Tetap saja, weekdays, aku selalu menjenguk lab untuk melakukan riset. Sedangkan hari sabtu dan minggu adalah salah satu waktu luangku untuk berlibur.

Tok-tok-tok, Assalamualaikum.. Kamis malam, temanku datang ke kamarku. “Masuk” aku bilang.. Kok dia gak masuk, batinku. “Masuk!” aku timpali dengan suara lebih keras. Namun tak dibuka juga pintu itu yang tak terkunci. Dengan langkah malas, aku turun dari kamarku yang ada di tingkat dua. Turun, dan kubuka pintu itu. Dia menyapa “Hello Assalamualaikum, Are you busy brother?”. “No, please come in” jawabku mendadak. Walah . . . pantesan diem aja, ternyata bukan orang indo, batinku. Dia dari Pakistan dengan Gamisnya yang sering ia kenakan.

Dia datang berniat untuk mengajakku menghabiskan malam di Masjid besar Kaohshiung bersama teman indo yang lainnya. Hingga terkumpullah 5 lima orang, 4 orang indonesia dan 1 orang dari Pakistan. Kamipun berangkat. Kaohshiung tidak jauh dari kotaku tinggal, Tainan. Hanya 30 menit dengan menggunakan kereta Express. Dan dapat berkeliling Kaohshiung dengan menggunakan kereta bawah tanah (MRT).

MRT disini, hampir sama dengan kereta KRL yang ada di Jakarta. Tersedia tempat untuk duduk disamping jendela-jendela kereta dan berdiri tegap di tengah-tengah. Masalah keramaian, tentunya juga sama. Berdesak-desakan pada jam-jam tertentu. Bahkan juga sampai kosong melompong. Akupun mencoba untuk mencari tempat berdiri yang nyaman. Dengan suara yang berbeda, kereta itu melaju dengan sangat. Kadang juga, aku menyenggol penumpang kereta yang lain ketika luput dari pegangan tali untuk penumpang berdiri. Aku perhatikan sekeliling, semua penumpang sekilas diam yang sibuk dengan HP-nya. Ada yang bermain game, facebook, video dan lain-lain. Ketika berbicara satu dengan yang lainnya sangatlah pelan. Matakupun terfokus kepada ibu-ibu yang sedang duduk sibuk dengan HP nya.. Tawanya lirih hampir-hampir tak terdengar oleh penumpang yang lain, disebelahnya. Tetapi, aku perhatikan dia sedang membuka facebook dengan video lelucon khas cina yang ada diberandanya. Aku lihat dia tertawa dengan sangat, ia sambil menahan goncangan badannya, namun juga berusaha sangat keras untuk tidak mengeluarkan suaranya. Hhmm.. ini yang dinamakan tolerasi, batinku. Mereka sangat menjaga diri, agar tidak menyinggung/mengganggu orang lain.

Kemudian, aku melihat gadis kecil yang cantik, kemungkinan ia masih SD dengan seorang ibunya yang sangat cantik juga. Anak kecil itu duduk di kursi, bersebrangan dengan kursi orang tuanya. Stasiun demi stasiun pun telah terlewati, ada seorang bapak-bapak baru datang masuk kedalam kereta dan ia berdiri di depan anak kecil itu. Anak itu pun berdiri dan mengucapkan perkataan2 dengan bahasanya (yang aku masih belum paham) kepada bapak itu, lalu mempersilahkan bapak-bapak itu untuk duduk menggantikan dirinya. Lalu anak itu pergi ke pangkuan ibunya, Ibunya tersenyum melihatnya. hhmm.. aku termenung melihat kejadian itu “Wahh .. . Mungkin ini yang membuat kedisiplinan di negeri Formosa ini, pendidikan moral sejak dini, dilakukan bukan hanya di bangku SD namun juga oleh orang tuanya dan dimana saja jika ada kesempatan”. Aku melihat disekitar, juga banyak para pemuda yang memilih berdiri disamping tempat duduk yang kosong.

Akupun kembali memperhatikan anak kecil itu dibeberapa kesempatan yang lain. Anak kecil ini pun mencari tempat duduk yang kosong dan mempraktekannya kembali hingga kedua kalinya dengan sorang yang agaknya tua. Lalu anak itu pergi lagi ke pangkuan ibunya. -ibunya tersenyum lagi dengan wajah bangga melihat anaknya-. Wah.. kalo pendidikan seperti ini saja juga diterapkan oleh orang tuanya, tak heran jika orang-orang disini pada tertip dan teratur. Sebelum anak ini melakukan hal itu dua kali, aku pertama melihat bagaimana ibunya mengajarkannya. Kejadian itu juga telah dipraktekkan oleh ibunya. Pertama , anaknya duduk di samping jendela dan ibunya berdiri ditengah. Ntahh apa yang dibicarakan anak itu kepada ibunya.. anak itu lalu ber-acting mempersilahkan ibunya untuk duduk, lalu anak itu pun berdiri. Mulai dari sini, anak itupun mempraktekkannya kepada orang lain. Kejadian ini sangat membukaan pikiranku bahwa, kita harus memberi contoh yang baik terhadap generasi-generasi kita (terutama anak-anak kita nantinya) dalam situasi apapun. Sehingga membuat generasi baru itu membiasakan kebiasaan yang baik agar melekat pada dirinya.

Hingga tak lama kemudian, stasiun tujuanku pun telah sampai. Menarik untuk dilihat, ketika aku sampai di MRT station tujuan, banyak orang yang antri bersusun satu baris kebelakang, disebelah kanan pintu maupun disebelah kiri pintu. Pintu itu adalah jalan keluar dan masuk para penumpang kereta. Aku perhatikan dari dalam kereta. Saat kereta telah tiba, calon penumpang tidak langsung masuk melainkan mempersilahkan penumpang untuk keluar terlebih dahulu disela-sela antrian.

Akupun membayangkan, dapat keluar dari kereta ini dengan lega dari keramaian didalam kereta. Namun tiba-tiba, pada saat aku keluar, akupun terasa sesak. Penuh dorongan dari belakang dan luar karena penumpang berebut untuk masuk. Desakan dari luar yang tak sanggup menahan diri untuk menunggu karena calon penumpang takut tertinggal kereta. Akupun berusaha untuk keluar dan siap-siap untuk loncat dari kereta itu karena beda tinggi antara lantai kereta dan lantai stasiun itu. Ketika keluar sembari loncat, Alhamdulillah. Sudah sampai stasiun Gubeng Surabaya. Siap untuk belajar menempuh semester selanjutnya di pendidikan S1- Teknik Geomatika-ITS karena liburan semester telah usai. Bismillahirrahmanirrohim~~.
[-interval- Kebayang waktu dahulu semasa menjadi penumpang kereta Dhoho.]

6 thoughts on “Berdiri, Lebih Baik

      1. Tetep kerenan sampean..
        Insyaallah.. semoga dipermudah.. Nanti diagendakan rihlah kesana insyaallah..

        Like

Leave a comment